(Sumber gambar diambil dari : desaadatmadenan.blogspot.com )
Kali ini saya pengen bahas sebuah desa dimana saya berasal..
Ya desa itu bernama Desa Madenan.
Tapi disini saya ga menjelaskan secara ilmiah data dan fakta, karena saya memang ga punya data apa² tentang Desa Madenan. Saya hanya ingen bercerita "ngaco" sesuai dengan apa yang saya tahu di kepala saya, dan apa yang pengen saya ungkapkan tentang Desa ini di blog ini. So uda pasti isinya banyak ngaco,., Wakakaka..
Okeh, kita mulai..
Sebelum saya cerita, saya pengen (asli) ngopas tulisan tentang sejarah Desa Madenan dari sebuah Blog : madenan-buleleng.blogspot.com
Didalam menelusuri sejarah Desa Madenan sangat sulit, karna langkanya sumber - sumber yang ada untuk mendapatkan kebenarannya, penulis mengadakan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat yang tahu mengenai asal-usul Desa Madenan, disamping itu berdasarkan informasi I Putu Sugianyar dan I Nengah Swarta dari Desa Tojan, Kecamatan Kelungkung, Kabupaten Kelungkung telah diceritakan bahwa :
Pada jaman Kerajaan Dalem Ketut Ngelesir di Bali ( Dalem Gelgel ) Tahun Caka 1306-1402, tahun Masehi 1386-1480 terjadilah huru-hara di Bali yang dilakukan oleh golongan masyarakat Bali Age antara lain : Desa Alas Gunung Sari, Bondalem, Les, Penuktukan, Sambirenteng, Tembok, Tianyar, Culik, Angan Telu ( Antiga ) dan lain-lainnya. Untuk mengatasi uru-hara yang terjadi di desa-desa tersebut diatas maka : Dalem Ketut Ngelesir minta bantuan ke Kerajaan Majapahit yang ada di Jawa. Dari Kerajaan Majapahit maka diutuslah seorang Pangeran yang diiringi oleh beberapa Pepatih antara lain : Patih Cempida, Patih Dekeh, Patih Angan dan beliau pertama kali mendarat di Pulaki selanjutnya menuju ke Besakih untuk mohon keselamatan dari sini akhirnya beliau memilih Muteran sebagai Markas ( sekarang desa Muteran Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ).
Ditempat inilah Pangeran menyusun rencana serta melakukan penyamaran – Penyamaran kedesa-desa yang melakukan huru-hara. berdasarkan Prasasti yang Ada di Desa Tojan, Kecamatan Kelungkung, Kabupaten Kelungkung, penyerangan pertama dilakukan di Desa Alas Gunung Sari melalui Desa Dausa kemudian dilanjutkan ke desa-desa yang lain. dengan mengetahui dari isi prasasti tersebut maka kemungkinan besar desa Madenan perubahan nama dari Desa Gunung Sari yang terletak di palemahan Pekarangan yang berjarak lebih kurang 1 km disebelah tenggara desa Madenan sekarang.
Disamping itu juga untuk mengetahui asal-usul Kata Desa Madenan, penulis mengadakan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat dan ditambah dengan cerita-cerita rakyat atau foklove. Diceritakan pada jaman dahulu Desa Alas Gunung Sari berpenduduk : 200 KK. Pernah terserang wabah penyakit menular yang banyak makan korban. Sedang Kuburan pada waktu itu, menurut kepercayaan hanya berjumlah Maksimal 18 buah ( lubang ). Sehingga dari hal itu berakibat banyak mayat- mayat yang tidak tertampung, kemudian mayat - mayat tersebut dikumpulkan dalam satu tempat yang bernama : “ BANGKE TAMBUN “ ( Bangke = Mayat Tambun = Kumpulan ). Disebelah kuburan tersebut diatas sampai kini terdapat sebuah peninggalan Pura Dalem Dari adanya bencana wabah penyakit menular yang menyerang warga Desa Alas Gunung Sari pada akhirnya hanya tertinggal 7 (Tujuh ) KK.Cikal bakal 7 KK. Inilah yang masih bias bertahan dan berjalan perlahan - lahan ( d alam Bahasa Bali = Meadengan ) mencari tempat disebelah barat laut desa Alas Gunung Sari dan akhirnya mereka menetap disana dan berkembang kebanjar Gentuh, Sangambu dan Keduran. dari kedua versi tersebut diatas dapatlah disimpulkan nama Desa Madenan yang ada kemungkinan diambil dari kata Desa MEADENGAN yang lama - kelamaan mengalami perubahan pengucapan menjadi : * MADENAN *
Desa Madenan telah berumur ratusan tahun, jika dilihat dari para leluhur penghuni Desa ini kebanyakan generasi sekarang ini adalah generasi keturunan ketujuh KK dari Penghuni pertama leluhurnya yang datang di desa ini. Dari asal – usul penduduk yang menghuni desa Madenan terdiri dari berbagai ragam keturunan,
Sampai sekarang didesa Madenan ada 14 Dadya ( Kumpulan Keluarga ) yang menyungsung kawitannya ( Pura Leluhur/Pura Dadya ) yang terdiri atas :
1. Jelantik / I Dewa Gede Madenan : 2 Dadya
2. Pasek Kayu Selem : 5 Dadya
3. Dalem Taruk : 1 Dadya
4. Pasek Gelgel : 3 Dadya
5. Pasek Taro : 1 Dadya
6. Pasek Bendesa Mas : 2 Dadya
7. Pasek Tangkas : 2 Dadya
8. Arya Penatih : 1 Dadya
9. Arya Anggan : 1 Dadya
10. Arya Ngurah Kamasan : 1 Dadya
11. Pasek Kebayan : 1 Dadya
12. Pasek Padang Subadra : 2 Dadya
13 .Pande Tusan : 1 Dadya
14. Arya Demung : 1 Dadya
Setiap dadya melakukan piodalan di pura kawitannya sesuai dengan perhitungan hari dipuranya/dadyanya masing-masing, dan rasa kekeluargaan diantara dadya sangat erat terlihat dalam pelaksanaan manusa yadnya dan pitra yadnya yang berjalan lancar.
Beberapa Dadya telah mempunyai organisasi khusus untuk melakukan kegiatan upacara seperti melakukan upacara Ngaben ( Pitra Yadnya ) secara gotong royong dalam bentuk sederhana tetapi mempunyai arti serta nilai yang tinggi ditinjau dari segi Agama Hindu.
Mengenai lambang, dari blog madenan-buleleng.blogspot.com
saya menemukan arti dari lambang tersebut.
ARTI LAMBANG DESA MADENAN
SEGI LIMA : Berdasarkan Pancasila
GUNUNG : Desa Madenan terletak didaerah Pegunungan
CANDI BENTAR : Lambang Kebudayaan
TANGGA EMPAT : Desa Madenan terdiri dari empat Desa Pakraman
RANTAI LIMA : Persatuan dan kesatuan lima Banjar Dinas
PADI KAPAS : Lambang Kemakmuran
ANGGSA : Lambang perwujudan Kedamaian
SAPTA GOTRA LOKA STITI : Bermula dari tujuh warga menuju tempat yang damai
CANDI BERINGKAT TIGA : Desa Madenanmasih memegang teguh pola Hidup Tri Hita Karana.
Beberapa data mengenai Desa Madenan :
(sumber : tejakula.bulelengkab.go.id )
LUAS WILAYAH DESA
Luas Wilayah Desa Madenan : 1.373 Ha.
Pemanfaatan Wilayas sbb :
Pemukiman : 36 Ha.
Perkantoran : 0,96 Ha.
Sekolah : 2,5 Ha.
Pasar : 0,15 Ha.
Tempat Ibadah : 3,85 Ha.
Kuburan : 2,56 Ha.
Perkebunan/pertanian : 1.134 Ha.
Hutan Lindung : 57 Ha
Jalan : 25,5 Ha
Lain-lain : 110 Ha.
LETAK DAN BATAS-BATAS DESA
Letak Desa
Dilihat dari jarak tempuh Desa Madenan berada cukup jauh dari pusat Pemerintahan
Kecamatan, Kabupaten maupun Propensi yaitu :
Ke Ibu kota Kecamatan : 8 km
Ke Ibu kota Kabupaten : 36 km
Ke Ibu kota Propensi : 80 km
Geografis Desa Madenan terletak didaerah pegunungan dengan luas wilayah 1.373 Ha, terletak pada ketinggian 400 – 700 meter dari permukaan air laut, memiliki topografi Wilayah berupa dataran tinggi dan perbukitan. Sedangkan suhu udara rata - rata pada Siang hari berkisar antara 28 - 32 derajat Celsius
BATAS – BATAS DESA MADENAN
Sebelah Utara : Desa Bondalem dan Desa Tejakula
Sebelah Selatan : Desa Dausa Kabupaten Bangli
Sebelah Timur : Desa Kutuh Kabupaten Bangli
Sebelah Barat : Desa Sembiran dan Desa Satra.
JUMLAH BANJAR DINAS DAN NAMA BANJAR DINAS
Desa Madenan terdiri dari 5 Banjar Dinas yaitu :
Banjar Dinas Keduran
Banjar Dinas Gentuh
Banjar Dinas Kelodan
Banjar Dinas Kajanan
Banjar Dinas Sangambu
Ya begitulah sejarahnya,..,
Penulis bersumber pada prasasti dan cerita dari tokoh masyarakat, benar tidaknya hanya Ida Bethara yang tau :D
Perempatan Desa Madenan, diambil dari sudut barat laut.
Oke saya bercerita.
Desa
Madenan bukanlah kampung halaman dimana saya dilahirkan dan dibesarkan,
tapi dari desa inilah asal usul orang tua dan leluhur saya.
Bapak sayalah yang lahir dan besar di desa Madenan. Tentu saya sering berkunjung ke kampung halaman kelahiran bapak saya ini.
Desa
Madenan terletak di sebelah timur Kota Singaraja, tepatnya di Kecamatan
Tejakula, salah satu Kecamatan yang masuk dalam daerah administrasi
Kabupaten Buleleng, mengenai jarak, ga tau persisnya, mungkin kurang
lebih sekitar 30 km, menempuh waktu sekitar 45-60 menit waktu normal
menuju kesana dari pusat kota Singaraja. (saya lahir dan besar di Kota
Singaraja).
Untuk
menuju desa Madenan, dari Kota Singaraja, bisa melalui jalur lalulintas
jalan raya Singaraja - Karangasem, melewati 3 Kecamatan, dari Kecamatan
Sawan, Kecamatan Kubutambahan, dan Terakhir Kecamatan Tejakula,
melawati pesisir pantai utara Bali, termasuk obyek wisata Yeh Sanih di
Kubutambahan, dan Pura Ponjok Batu.
Persis
dipertigaan Bondalem, jalan raya Singaraja - Karangasem, menuju ke
selatan, melewati jalan berliku dan tanjakan yang tajam, jalanini
juga bisa digunakan untuk menuju arah kintamani dan menuju Tabanan
ataupun Denpasar. Dari pertigaan tersebut, untuk menuju pusat desa ada
sekitar 7 km.
Nah itu sekilas tentang gimana menuju desa Madenan dari Kota Singaraja, jangan nanya menuju Madenan dari daerah laen, saya ga tau :D
Lanjut lagi,.,.
Nah itu sekilas tentang gimana menuju desa Madenan dari Kota Singaraja, jangan nanya menuju Madenan dari daerah laen, saya ga tau :D
Lanjut lagi,.,.
Untuk
membuat tulisan ini, saya iseng googling dengan keyword Desa Madenan,
ternyata ada blog tentang Desa Madenan, keren, dan saya juga menemukan
lambang desa, dan saya pajang diatas sebagai pembuka tulisan ini.
Saya
malah tersenyum melihat lambang itu, tersenyum karena teringat masa
kecil bermain di "arena", istilah "arena" digunakan untuk sebuah gedung
serbaguna desa, masa kecil saat saya berlibur ke desa Madenan, saya
sering bermain disana, disanalah terlihat lambang desa Madenan, dan saat
melihat lambang itu sekarang, saya jadi tersenyum mengingat masa kecil
dahulu. Dahulu arena tersebut sering digunakan sebagai tempat pementasan
layar tancap, sudah lama sekali, sekarang sudah tidak pernah saya
temukan disana.
Saat saya masi kecil, saya menemukan sebuah buku (lebih seperti makalah yang dijilid) tentang data-data Desa Madenan di rak buku milik Bapak. Dari sana saya baca beberapa data, cuman saya tidak hapal dan ingat tentang angka-angka disana, yang saya ingat tulisan sejarah dan data diatas mirip dengan di buku itu.
Dari buku dan beberapa tulisan yang saya baca di google, selain berasan dari kata "Meadengan", desa Madenan berasal dari seorang patih Dalem Majapahit bergelar Ida I Dewa Madenan yang pernah berkunjung ke Desa Gunung Sari (nama desa sebelum menjadi Madenan). Ada versi lain juga, Madenan berasal dari sejarah desa Sukawana (sukawanabali.blogspot.com )dimana ada 4 bersudara, Tuanan, Madenan, Nyomanan dan Ketutan. Nah Madenan tinggal terpisah dengan ketiga saudaranya di suatu daerah yang sekarang dikenal dengan Desa Madenan.
Hehehe dan kembali saya bilang, ga tau mana yang benar, :D
Lanjut lagi..
Desa Madenan terletak di daerah perbukitan, yang malam hari udara sangat dingin (jaman dulu), sekarang saya merasakan tidak begitu dingin.
Mayoritas penduduk adalah bertani, peternak, dan pedagang. Seiring waktu dan jaman, seperti halnya pemuda-pemuda di daerah lain, sudah banyak warga desa Madenan merantau ke daerah lain maupun kota untuk menlajutkan hidup, salah satunya adalah Bapak saya yang dari muda sudah merantau ke Kota Singaraja.
Bicara mengenai pertanian, Madenan memiliki kontur tanah berbukit dan sulit air, lebih mengharapkan musim hujan untuk pengairan kebun, oleh karena itu tidak ditemukan persawahan di desa Madenan, cocok tanam lebih ke kebun.
Banyak hasil bumi yang dihasilkan, dari buah-buahan, sayur, dan rempah-rempah. Di sekitar tahun 80-an Desa Madenan merupakan salah satu desa yang terkenal akan penghasil jeruk (sumage.red), kakek saya merupakan salah satu petani penghasil jeruk saat itu.
Namun seiring waktu, produksi jeruk sudah hampir tidak ada di Desa Madenan, karena serangan penyakit. Sewaktu saya masi kecil, saya masi sempat menikmati bagaimana memetik buah jeruk di kebun yang berlimpah punya kakek. Nah saat ini hasil bumi yang paling berbobot adalah cengkeh, karena harga cengkeh yang cukup tinggi. Tapi karena kontur tanah yang berbeda antara Banjar Kajanan (selatan) dan Banjar kelodan (Utara), hanya banjar Kajanan yang menghasilkan lebih banyak cengkeh, kecenderungan kecocokan tanah yang membuat tanah lebih hidup tumbuh disana.
Di bidang peternakan, mayoritas penduduk beternak sapi, babi dan ayam. Namun saat ini, yang menjadi salah satu ciri khas Desa madenan adalah ayamnya, biasa disebut ayam betet, ayam yang diternak untuk dipersiapkan sebagai ayam petarung di "tajen". Pembeli ayam betet yang datang ke desa Madenan berasal dari berbagai penjuru daerah di Bali, hanya untuk mencari ayam betet dari Madenan. Hehehe.. segitunya ya :D
Namun kalo dipikir memang masuk akal, harga ayam betet cukup tinggi, satu ekor ayam bisa mencapai harga puluhan juta, dan logikanya lagi, mending pelihara ayam daripada sapi, :D
Saya pribadi tidak begitu pemerhati ayam, dalam hal tajen, tapi saya suka dengan kokokak ayam, melihara satu ayam kurangan dirumah akan membuat rumah tidak sepi, yah sebatas itu perhatian saya, tidak lebih..
Selain peternakan tersebut, desa Madenan merupakan salah satu desa dengan penyuplai burung punglor atau istilah lainnya Anis Merah walaupun tidak setenar daerah Pupuan.
Burung ini juga merupakan salah satu buruh favorit, dan harga juga cukup lumayan tinggi. Kalo d Bali, jenis burung ini lebih dikenal berasal dari Pupuan, tapi Madenan sarang burung banyak ditemukan. Namun saat ini, entah karena cuacu atau suhu yang berubah, sarang burung ini lebih sulit ditemukan, selain juga banyak orang yang mengambil tanpa ijin, mengingat harga burung ini yang cukup tinggi.
Suatu saat saya harus pelihara ayam betet dan punglor ini dirumah, masak orang asli Madenan ga punya,.,. Hehehe.. :D
Lanjut ke bidang perekonomian, jual beli atau perdagangan menjadi salah satu aspek utama roda perekonomian di desa Madenan, di desa Madenan terdapat satu pasar / 'peken' yang diadakan setiap 3 hari sekali / 'ngetelun' (info terakhir yang saya tau, mungkin sudah berubah :D)
Di sekitar tahun 90-an, geliat pasar Madenan cukup ramai, penduduk bisa menjual hasil bumi, ataupun ada yang membeli barang dari kota, dan dijual kembali di pasar ini, yang saya rasakan, warga selalu antusias setiap diadakannya pasar yang sudah ramai dikunjungi dari dini hari.
Namun saat ini, yang saya lihat pasar sudah mulai lesu, para pedagang sudah tidak mendapatkan hasil jualan yang lumayan seperti dulu. Menurut nenek saya yang biasa berjualan di pasar, semenjak mudahnya transportasi ke kota, masyarakat sekarang cenderung langsung membeli kebutuhannya ke kota, selain itu, dalam memesan kebutuhan, sekarang lebih mudah, tinggal telpon, penjual akan membawakan langsung barang yang dipesan, misalnya seperti pakan ternak maupun pupuk..
Memang jaman sekarang serba praktis ya,.,. :D
Oh yang mengenai transportasi, sekarang penduduk sudah pada punya kendaraan sendiri, hidup sudah lebih mudah, waktu saya kecil, sekitar awal tahun 90-an, untuk menuju desa Madenan dari kota Singaraja, saya sekeluarga (Bapak Ibu dan adik) biasanya naik/sewa angkutan umum (biasa disebut kol/isuzu merah) jurusan Singaraja - Amlapura, turun di pertigaan Bondalem, perbatasan Bondalem Tejakula. Dari pertigaan tersebut, biasanya kami menumpangi mobil bak terbuka, kami akan baru naik apabila mobil tersebut sudah penuh, pernah juga saat penumpang mobil bak terbuka sudah sepi, disana ada pangkalan ojek, tentu sewa ojek lebih mahal jatuhnya. Jaman sekarang sudah mudah, setidaknya motor sudah rata2 pada punya, dan ojek pun sepi.
Satu hal yang saya lihat dengan mudahnya transportasi pribadi saat ini, saat odalan di Pura Bale Agung, jalanan yang sempit sekarang menjadi penuh dengan parkiran motor dan mobil masyarakat yang nangkil, hal yang tidak saya lihat dijaman dulu ketika kendaraan pribadi masi merupakan suatu hal yang sedikit ditemui..
Tentang Pura..
(Yang saya tahu) ada 3 Pura di desa Madenan, yaitu Pura Kayangan Tigsa, Pura Bale Agung/Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem, ada juga pura satu lagi, saya lupa namanya, kalo ga salah Pura Yeh Nyah (maaf kalo salah, karena lupa) yang biasanya saat sebelum Nyepi, desa melakukan ritual mekiis. Seingat saya, saya baru pertama kali pernah nangkil ke Pura ini.
Saya tidak tau persis kapan jatuhnya odalan di Pura-Pura di desa Madenan, yang pasti dulu ketika saya masi SMA, saya rutin datang ke Madenan saat odalan-odalan di Pura Kahyangan Tiga. Setelah kuliah dan bekerja di Jakarta, saya sudah lama tidak pernah nangkil di Kahyangan Tiga, terakhir saya nangkil saat Galungan bulan maret 2013 awal Nopember kemaren, sudah lama rasanya saya tidak merasakan suasana sembahyang bersama di malam hari, dulu terasa sangat dingin di malam hari, sekarang biasa saja, ga terlalu dingin..
Sudah lama rasanya saya tidak menyaksikan langsung tarian-tarian sakral seperti baris dan rejang.. Saya sangat menikmati sekali suasana saat itu.. :)
Sebuah pelinggih di Pura Bale Agung
Gambar saya ambil saat Galungan bulan Maret 2013
Gambar saya ambil saat Galungan bulan Maret 2013
Oh ya, diatas saya uraikan mengenai dadya yang ada di desa Madenan. Saya dan keluarga masuk ke dadya Pasek Taro, nyambung kan nama saya dan nama dadya saya, iya, TARO, nama sebuah desa di Gianyar yanga merupakan asal leluhur keluarga saya.
Dadya Pasek Taro merupakan dadya terkecil diantara dadya yang lain, kecil disini dalam artian memilik paling sedikit kepala keluarga, tepatnya memiliki 12 Kepala Keluarga, termasuk saya terakhir masuk dalam dadya karena sudah bekeluarga, harapan saya sih semoga anak cucu tetap tumbuh melanjutkan dadya Pasek Taro astungkara :)
Mengenai pendidikan
(Kembali lagi, setau saya), Desa Madenan memiliki 3 sekolah, satu SD (SD 1 dan SD 3 Madenan) dan satu SMP, (kalo tidak salah ) SMP 5 Tejakula. Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMU, biasanya para pemuda desa Madenan melanjutkan ke Tejakula, Singaraja atau banhkan sampai ke Denpasar, dan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, biasanya ke Singaraja dan Denpasar. Seiring jaman, melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi sudah merupakan suatu hal yang wajib dijalani oleh pemuda di Indonesia secara umum, begitu juga dengan para pemuda di desa Madenan, sudah banyak yang bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, baik diploma ataupun sarjana. Nah mengenai minat jurusan, yang saya tangkap, kebayanyak (tidak semua) para pemuda lebih tertarik ke dunia pariwisata, kuliah di sekolah-sekolah pariwisata, untuk dapat melanjutkan karir dibidang pariwisata sebagaimana hal-nya Bali yang tergantung dari aspek pariwisata. Sudah banyak mungkin pemuda desa Madenan yang sudah berangkat ke luar negeri, ada yang di darat, ada yang di kapal pesiar.
Saya adalah satu yang memiliki minat untuk melanjutkan karir saya di bidang pariwasata, dengan melihat dari kesuksesan para pemuda yang telah bekerja ke kapal pesiar lebih dahulu, namun jalan hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita kehendaki, saya pun mengikuti jejak orang tua sebagai PNS, dan ternyata saat ini adik saya lah yang terjun ke dunia pariwisata di sebuah perusahaan asing di kapal pesiar di Amerika, good luck brother :)
Mmmmm..... cerita tentang apa lagi ya..??
Memang banyak yang belum saya tau..
Saya adalah anak asli Madenan yang pulang ke Madenan hanya sesekali, jika ditanya "kenal sama bapak A, tau Bapak B..?" saya pasti geleng-geleng, karena saya memang tidak tau. Saya hanya bisa bertanya ke Bapak, siapa Bapak A siapa Bapak B.. Hehehe.. :D
Beruntunglah di Jakarta saya tidak sendirian, ada beberapa keluarga dari Madenan yang juga sudah merantau ke Jakarta dari jaman dulu, para pemuda di jaman itu, yang sudah mampu keliah ke Jawa dan bekerja di Jakarta, tidak seperti pemuda lain yang sekolah pun sulit dijaman itu.
Saya banyak mendengar cerita-cerita dari Om-Om di jakarta ini, seru rasanya mendengar logat-logat Madenan yang jarang saya dengar, dan terdengar kembali di Jakarta saat kami kumpul..
Iya.. "Ngare Engko.." Ciri khas bahasa Madenan.. :D
Sepertinya itu dulu yang biasa saya tulis tentang Desa Madenan, tentu isinya ngaco, kurang lengkap dan mungkn banyak yang salah, karena saya tulis sesuai dengan apa yang ada di kepala saya saja.
Dan mohon maaf tulisan ini tidak dilengkapi beberapa gambar, suatu saat nanti saya coba update kembali.
Saya harap ada orang Madenan yang membaca tulisan yang saya ungkapkan disini dan membantu melengkapi tulisan saya yang ngaco ini :D
Akhir kata,
Terima kasih, salam :)
Saya harap ada orang Madenan yang membaca tulisan yang saya ungkapkan disini dan membantu melengkapi tulisan saya yang ngaco ini :D
Akhir kata,
Terima kasih, salam :)
wah tumben saya baca sejarah madenan, mengenai nama Gunung sari di Pekarangan juga pernah saya dengar dari nenek saya, karena pekarangan dulu adalah kebun milik keluarga saya, tetapi sekarang sudah dijual untuk niaya kuliah ke Jogya...heheh. Tetapi kalau nama I Dewa Madenan baru saya temukan, krn saya iseng-iseng ngetik nama Madenan di Google..eh malah ketemu tulisan ini. di Jawa/sekitar Malang juga ada nama Madenan...apa ada hubungannya ya dengan I. Dewa Madenan.
ReplyDeleteWah Pak Guli, . Ken² kabare..?? Lama tak bersua,.,. :D
DeleteEry sekarang sudah tugas di Singaraja Pak,..