Sengsara Membawa Nikmat dan Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)
Adalah dua novel yang diangkat menjadi serial televisi di TVRI, Siti Nurbaya muncul terlebih dahulu di tahun 1990, sedangkan Sengsara Membawa Nikmat hadir setahun kemudian di tahun 1991. Di Tahun itu, kedua serial ini sangat digemari masyarakat, tak ketinggalan di keluarga saya sendiri. Waktu tiu saya masi kecil, masi kelas 1 SD kalo tidak salah, walaupun tidak mengerti secara keseluruhan cerita kedua serial ini, tapi saya tidak lupa kalo saya dulu pernah menontonnya bersama keluarga, walaupun sebenarnya kedua serial ini bukan tontonan yang pas untuk anak seumuran saya pada waktu itu. Dan saya juga masi ingat, waktu itu kami hanya mempunyai TV 14 inch yang hitam putih, belum berwarna, dan otomatis di Singaraja tempat kami tinggal, siaran televisi hanya ada TVRI. Hehe..
Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)
Diangkat dari sebuah novel karangan MARAH RUSLI terbitan Balai Pusataka di tahun 1922.
Nama tokoh Siti Nurbaya, Samsul Bahri, dan Datuk Meringgih, adalah tokoh yang dikenal bagi anak-anak "jaman dulu", walaupun saya tidak tau persis jalan ceritanya waktu dulu saya tonton, tapi saya tau dengan nama tokoh ketiga tersebut. Masi ingat beberapa adegan dalam serial itu. Bahkan sosok HIM Damsyik yang memerankan sebagai Datuk Meringgih, masi kental dan kuat sampai saat ini, saat melihatnya di TV, kita pasti akan memanggilnya Datuk Meringgih.
Iseng-iseng saya browsing di internet, menemukan video ini, dan saya pun tonton kembali. Nuansa melayu yang berlatar belakang Padang/Minang sangat kental dalam serial ini. Saya pun menontonnya kembali, dan baru tau secara lebih detail akan cerita Siti Nurbaya ini.
Karya Sastra yang di sinemakan ini masi mengangkat tema cinta, dengan latar belakang masa penjajahan Belanda saat itu.
Siti Nurbaya yang diperankan oleh Novia Kolopaking dan Samsul bahri yang diperankan oleh Gusti Randa, saya nilai pasangan yang pas, dengan akting yang natural, cukup mewakili peran, setidaknya bagi saya, walaupun sampai sekarang saya belum pernah membaca novelnya, hehe..
Secara singkat, saya jelaskan sinopsis cerita di film tersebut.
Siti Nurbaya dan Samsul Bahri merupakan sepasang muda mudi yang sudah dekat dan saling mengenal sejak kecil, merupakan sama-sama anak tunggal. Siti Nurbaya merupakan anak putri satu-satunya dari seorang Saudagar di Padang bernama Baginda Sulaiman, sedangkan Samsul Bahri adalah putra tunggal dari Sutan Mahmud, yang dikenal sebagai Penghulu di daerah itu.
Suatu saat, Samsul Bahri melanjutkan sekolahnya ke Batavia untuk sebagai dokter, dan meninggalkan Siti Nurbaya di Padang, dan saat perpisahan, disanalah mereka saling menyatakan cinta dan berjanji untuk menikah nanti.
Seperginya Samsul Bahri ke Batavia, Keluarga Siti Nurbaya mengalami bencana keterpurukan yang disebabkan oleh Datuk Meringgih, yang selain karena dia tidak seuka dengan kekayaan Baginda Sulaiman, dia juga ingin memperistri Siti Nurbaya. Segala upaya licik diupayakan Datuk Meringgih untuk dapat menghancurkan semua usaha dan menghabiskan kekayaan Baginda Sulaiman. Toko dibakar, Perahu ditenggelamkan, rekan bisnis direbut, bahkan sampai kebun kelapa disabotase. Datuk Meringgih merupakan seorang rentenir yang licik, dia dengan berbaik hati meminjamkan modal kepada Baginda Sulaiman, tapi saat semua usahanya hancur, Baginda Sulaimanpun tidak bisa membayar semua hutangnya. Saat menagih hutang, Datuk Meringgih membawa tentara untuk menangkapnya ke penjara, kecuali Siti Nurbaya mau menjadi istrinya. Karena tidak rela melihat Ayahnya masuk Penjara, Siti Nurbaya pun mengiyakan persyaratan tersebut dengan berat.
Berita ini sampai ke Samsul Bahri di Batavia, semua kejadian yang menimpa Siti Nurbaya sudah dia khawatirkan dari mimpinya dulu saat dia pertama kali melihat Datuk Meringgih. Dan Setahun setelah kepergiannya, dia pun kembali ke Padang saat liburan sekolahnya. Disana dia dapatkan Baginda Sulaiman sudah sakit-sakitan, dan dia pun bertemu kembali dengan Siti Nurbaya. Suatu malam mereka janji bertemu, tapi dilihat oleh Datuk Meringgih, dan terjadi perkelahian, kejadian itu didengar oleh Ayah Samsul Bahri, dan tidak mentolerir sikap Samsul Bahri yang membawa aib dengan menemui istri orang lain. Dan Ayahnya pun mengusirnya. Saat itu pula, ayah Siti Nurbaya meninggal.
Samsul Bahri pun pergi kembali ke Batavia meninggalkan Padang. Setelah kejadian itu, Siti Nurbaya pergi ke Saudaranya Halimah di Padang Panjang, namun dia masi tetap dimata-matai oleh kaki tangan Datuk Meringgih.Halimah pun memberi nasihat untuk menemui Samsul bahri ke Batavia sesuai dengan surat yang diterimanya dari Samsul Bahri, namun sampai di kapal menuju Batavia pun Siti Nurbaya diikuti mata-mata Datuk Meringgih, dan Siti Nurbaya terpaksa ditangkap karena ada laporan Datuk Meringgih atas tuduhan Siti Nurbaya telah mencuri hartanya. Dan kembalilah Siti Nurbaya ke Padang, dan tanpa ada kesalaham setelah dilakukan pemeriksaan, Siti Nurbaya pun kembali tinggal di rumah Halimah.
Suatu malam, ada penjual kue lewat di depan rumah, Siti Nurbaya pun membeli kue itu, dan ternyata penjual kue itu adalah orang suruhan Datuk Meringgih, dan kue yang dimakan Siti Nurbaya pun diracun, yang akhirnya membuat Siti Nurbaya meninggal. Kabar ini kembali didengar oleh Samsul Bahri. Keputusasaannya membua dia mengambil jalan pintas bunuh diri, untunglah ada kedua temannya yang menyelamatkannya saat dia bunuh diri, tapi kabar yang beredar adalah Samsuol Bahri telah meninggal bunuh diri, bahkan terdengar sampai kampung halamannya, namun dia meminta kedua temannya merahasiakan dirinya yang masi hidup.
Atas dasar mencari kematian, Samsul bahri pun masuk tentara Belanda, dan atas prestasinya, selama 10 tahun dia diangkat sebagai Letnan, bernama Letnan Mas. Suatu saat dia mendapatkan tugas untuk menghentikan huru hara di Padang yang terjadi karena adanya Pajak / Belasting disana. Datuk Meringgih adalah salah satu tokoh yang ikut dalam pemberontakan terhadap pajak tersebut. Peperangan terjadi, dan Samsul Bahri bertemu Datuk Meringgih. Datuk Meringgih berhasil menebas Samsul Bahri, tapi dia juga tertembak.
Atas permintaan Samsul Bahri, Ayahnya pun dipanggil dan menceritakan rahasianya, dan ayahnya baru tau, yang menceritakan rahasia Samsul bahri itu adalah anaknya sendiri yang selama ini dianggap sudah meninggal di Batavia.
Sad ending right..??
Ya judulnya aja Kasih Tak Sampai, kalo jaman itu sudah ada band Padi, mungin Padilah yang mengisi OST serial itu. Hahaha..
Beruntunglah saya masi bisa mendapatkan serial langka yang jadul ini..
Sengsara Membawa Nikmat
Midun adalah tokoh utama di novel ini, karangan TULIS ST SATI. Sama halnya dengan Siti Nurbaya, cerita ini juga berlatar belakang di Padang / Minang. Musik yang menjadi ciri khas saat adegan perkelahian sangat kental dalam serial TV di TVRI ini. Saya lebih ingat jalan cerita Sengsara Membawa Nikmat daripada Siti Nurbaya, karena sekitar tahun 2000 serial ini pernah ditayangkan kembali, jadi saya masi sempat menontonnya kembali. Seperti halnya Siti Nurbaya, saya mendapakan videonya baru-baru ini dari browsing di internet.
Midun diperankan oleh Sandy Nayoan, dengan lawan aktingnya adalah Desy Ratnasari sebagai Halimah.
Desy Ratnasari masi muda banget.. Hahaha..
Secara singkat sinopsis ceritanya seperti dibawah ini.
Seorang pemuda bernama Kacak, karena merasa Mamaknya adalah seorang Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan sombong. Dia suka ingin menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang bahagia atau yang melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya karena sifatnya yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin, namun sangat disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai perangai yang baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak sombong seperti Kacak.
Karena Midun banyak disukai orang, maka Kacak begitu iri dan dengki pada Midun. Kacak sangat benci pada Midun.
Sering dia mencari kesempatan untuk bisa mencelakakan Midun, namun tidak pernah berhasil. Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah padanya, namun Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun selalu menghindar ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah dalam berkelahi dengan Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu silat yang dia miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung waktu itu Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Istri Kacak selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas dengan air tuba. Begitulah Kacak berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama menjalani hukuman itu adalah Kacak. Mendapat tugas itu, Kacak demikian bahagia. Kacak memanfaatkan untuk menyiksa Midun. Hampir tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan dan tendangan Kacak hampir tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di telinga Midun. Namun semua perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasrahan.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari Mamaknya itu, namun Kacak rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun masih dengan bebas berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau Midun masih berada di kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka, itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa berbuat seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun dari kampung mereka untuk selama-lamanya.
Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar beberapa orang pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka laksanakan ketika di kampung itu diadakan suatu perlombaan kuda. Sewaktu Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi di pinggir gelanggang pacuan kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang Midun dengan sebelah Midun pisau.
Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun perkelahian antar mereka tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di dalam acar pacuan kuda itu. Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang. Midun dan Maun langsung ditangkap dan dibawa ke kantor polisi.
Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan Midun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam penjara. Mendengar kabar itu, waduuh betapa senangnya hati Kacak. Dengan Midun masuk penjara, maka dia bisa dengan bebas berbuat di kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi penghalangnya.
Selama di penjara itu, Midun mengalami berbagai siksaan. Dia di siksa oleh Para sipir penjara ataupun oleh Para tahanan yang ada dalam penjara itu. Para tahanan itu baru tidak berani mengganggu Midun ketika Midun suatu hari berrhasil mengalahkan si jago Para tahanan.
Karena yang paling dianggap jago oleh Para tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu sangat dihormati oleh para tahanan lainnya. Midun menjadi sahabat mereka.
Suatu hari, ketika Midun sedang bertugas menyapu jalan, Midun Melihat seorang wanita cantik sedang duduk duduk melamun di bawah pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata kalung yang dikenakan gadis itu tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis. Betapa senang hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama Midun. Midun juga temyata jatuh hati juga sama si gadis. Nama gadis itu adalah Halimah.
Setelah pertemuan itu, mereka berdua saling bertemu dekat jalan dulu itu. Mereka saling cerita pengalaman hidup, Halimah bercerita bahwa dia tinggal dengan seorang ayah tiri. Dia merasa tidak bebas tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak pergi dari rumah. Dia sangat mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan ayahnya yang waktu itu tinggal di Bogor.
Keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah dari rumah ayah tirinya itu. Usaha Midun itu dibantu oleh Pak Karto seorang sipir penjara yang baik hati. Midun membawa Halimah ke Bogor ke rumah orang tua Halimah.
Ayah Halimah orangnya baik. Dia sangat senang kalau Midun bersedia tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan Midun bersama ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah itu hanya tinggal makan minum saja. Dia mulai hendak mencari penghasilan. Dia kemudian pergi ke Jakarta mencari kerja. Dalam Perjalanan ke Jakarta. Midun berkenalan dengan saudagar kaya keturunan arab. Nama saudagar ini sebenarnya seorang rentenir. Dengan tanpa pikiran yang jelek-jelek, Midun mau menerima uang pinjaman Syehk itu.
Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun membuka usaha dagang di Jakarta. Usaha Midun makin lama makin besar.
Usahanya maju pesat. Melihat kemajuan usaha dagang yang dijalani Midun, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut iri hati. Dia menagih hutangnya Midun dengan jumlah yang jauh sekali dari jumlah pinjaman Midun. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah yang berlipat lipat itu. Setelah gagal mendesak Midun dengan cara demikian, rupanya Syehk menagih dengan cara lain. Dia bersedia uangnya tidak dibayar atau dianggap lunas, asal Midun bersedia menyerahkan Halimah untuk dia jadikan sebagai istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah besar pada Syehk . Halimah juga sangat marah pada Syehk.
Karena gagal lagi akhirnya Syehk mengajukan Midun ke meja hijau. Midun diadili dengan tuntutan hutang. Dalam persidangan itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak pengadilan. Midun masuk penjara lagi.
Di hari Midun bebas itu, Midun jalan jalan dulu ke Pasar Baru. Sampai di pasar itu, tiba tiba Midun melihat suatu keributan. Ada seorang pribumi sedang mengamuk menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa pikir panjang Midun yang suka menolong_orang itu, langsung menyelamatkan Si Sinyo Belanda.itu. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih pada Midun yang telah menyelamatkan nyawanya itu.
Oleh Sinyo Belanda itu, Midun kemudian diperkenalkan kepada orang tua Sinyo itu. Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata seorang Kepala Komisaris, yang dikenal sebagai Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai ucapan terima kasihnya pada Midun yang telah menyelamatkan anaknya itu, Midun langsung diberinya pekerjaan. Pekerjaan Midun sebagai seorang juru Tulis.
Setelah mendapat pekerjaan itu, Midun pun melamar Halimah. Dan mereka pun menikah di Bogor di rumah orang tua Halimah.
Prestasi kerja Midun begitu baik di mata pimpinannya. Midun kemudian diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung Priok. Dia langsung ditugaskan menumpas para penyeludup di Medan. Selama di Medan itu, Midun, bertemu dengan adiknya, yaitu Manjau. Manjau bercerita banyak tentang kampung halamannya. Midun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Jakarta, Midun langsung minta ditugaskan di Kampung halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya.
Kepulangan Midun ke kampung halamannya itu membuat Kacak sangat gelisah. Kacak waktu itu sudah menjadi penghulu di kampung rnereka. Kacak menjadi gelisah sebab dia takut perbuatannya yang telah menggelapkan kas negara itu akan terbongkar. Dan dia yakin Midun akan berhasil rnembongkar perbuatan jeleknya itu. Tidak, lama kemudian, memang Kacak ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di desa mereka. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannva itu.
Sedangkan Midun hidup berbahagia bersama istri dan seluruh keluarganya di kampung.
Seperti judulnya, membawa nikmat... Happy ending, lebih enak ditonton, dibandingkan Siti Nurbaya.. Hehehe..
Tapi terlepas dari akhir cerita, kedua kisah ini sangat menarik dan membawa pesan moral yang layak untuk ditiru.. :)
Hahahaha...
Ada yang mau...??? Hihihi.. :p
0 comments:
Post a Comment