Pages

Blink 182

Masi menunggu kehadiran mereka di Indonesia, I Hope..

I Made nanoe Biroe

Musisi Bali yang inspiratif

Bali

Is Still Charming but have many internal problem

Friday, May 24, 2013

Tirta Yatra ke Pura Segara Giri Dharma Kencana, Pulau Menjangan



Hai para sobat blogger..

Kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya ber-tirta yatra (perjalanan suci/ persembahyangan) ke sebuah Pura di bagian barat Bali tanggal 29 Maret 2013,beberapa hari setelah Hari Raya Galungan nama Pura tersebut adalah Pura Segara Giri Dharma Kencana, Pulau Menjangan. Letaknya di Pulau Menjangan, di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, berlokasi di sekitar area Taman Nasional Bali Barat.

Ini merupakan perjalanan persembahyangan saya yang kedua kali, sebelumnya saya pernah kesana terakhir sekitar pertengahan tahun 2002, waktu itu dengan rombongan teman-teman seangkatan SMA.
Sebenarnya dari dulu saya sudah ada keinginan sembahyang ke Pura ini, tapi belum kesampaian, kebetulan Adik saya yang punya niat mengajak kesana, dan kebetulan dia dan saya saat itu sedang posisi di Bali, jadi alangkah indahnya kami pun harus mengabulkan keinginan kami itu, dan kebetulan juga bertepatan beberapa hari setelah hari Raya Galunga.

Saya sembahyang ke Pura Menjangan bersama keluarga, ada 10 orang. Kami memulai perjalanan dari Kota Singaraja. butuh sekitar 1,5 - 2 jam perjalanan dari Kota, karena kami melakukan perjalanan santai di pagi hari.

Seperti biasa, saat kami melakukan perjalanan persembahyangan ke arah Barat, kami selalu menyempatkan bersembahyang di Pura Pulaki terlebih dahulu, yang posisinya beberapa kilometer sebelum ke tempat pelabuhan Pulau Menjangan.

Kami sampai di pelabuhan Pulau Menjangan sekitar pukul 9 pagi. Ombak masi terlihat tenang.
Kami pun membayar sewa perahu boat untuk mencapai Pulau menjangan. Kalau tidak salah, ber-10 dikenakan uang sewa sekitar 220.000. Dengan sewa tersebut kami akan diatar pulang pergi, ditunggu sampai kita selesai melakukan prosesi persembahyangan di beberapa pelinggih di Pura Menjangan.

Kami pun naek perahu boat, kebetulan satu perahu hanya dinaiki kami sekeluarga saja, mungkin karena pemdek / pengunjung tidak begitu ramai. Suasana ombak masi tenang karena masi pagi.
Pemandangan yang indah terbentang disana, air laut yang jernih dan biru. Hamparan perbukitan terlihat disebelah selatan dan barat pantai, sungguh mengagumkan. Laut Pulau Menjangan ini terkenal merupakan salah satu spot diving yang menarik bagi para wisatawan asing, tak jarang kami lihat beberapa perahu biat mengantar tamu-tamu asing untuk melakukan diving.





Perjalanan menyeberangi laut sekitar 30 menit, lupa persis sih lamanya berapa..
Lalu kami turun melalu suah pelabuhan kecil.



Kami mulai tahap perjalanan persembahyangan. Suasana sekitar pulau saat itu masi hijau, karena dalam bulan yang kena musim hujan, seandainya musim kemarau, benar-benar kering, tumbuhan tidak berdaun.

Kami mulai dengan "Matur Piuning" disebuah pelinggih yang posisinya hanya beberapa meter dari dermaga tadi.





Setelah itu kami melangkah beberapa meter kedalam, disana saya masi bingung mana timur barat selatan utara, yang saya tau hanya atas dan bawah saja, hahaha,.,. Pokoknya berjalan mengikuti jalan  setapak yang sudah disemen beton..
Ada tujuh pelinggih besar yang akan kami kinjungi untuk bersembahyang.

1. Pura Taman / Beji.

   Posisinya tidak begitu jauh dari pelinggih pertama yang kami kunjungi. Disana dipajang sebuah banner tentang urutan / tahap persembahyangan yang kami harus tempuh. Dan Pura Taman / Beji ini adalah yang pertama. Satu hal yang berbeda dari tempat persembahyangan biasanya, tirta di pura ini terasa asin. Satu cerita lucu terjadi dengan adik saya. Karena cuaca yang panas dia merasa kehausan, dan dengan semangat dia nunas tirta, dan mukanya berubah setekah dia tau kalau rasa tirta tersebut asin... Hahaha.. Kami pun tertawa melihat mukanya..

2.   Pesraman Agung Brahma Ireng / Ratu Patih Lingsir Kebo Iwa

   Kami melanjutkan perjalanan persembahyangan kami ke pelinggih kedua. Masi tidak jauh dari Pura Taman yang pertama, tinggal mengikuti jalan setapak tadi. Sedikit yang saya ketahui tentang Kbo Iwa, Beliau adalah seorang Mahapatih sakti di kerajaan Bedahulu. Karena beliau lah Kerajaan Bali menjadi aman pada saat itu. Mengeni bagaimana sejarah lengkap atau Babad tentang Mahapatih Kbo Iwa ini, temen-temn bisa googling, banyak blog yang membahas tentang tokoh besar Bali ini.
Pada pelinggih ini kami bersembahyang, didalam pelinggih saya bisa melihat 2 buah patung dipinggir pintu masuk pelinggih, didalamnya terlihat seperti sebuah gedong pelinggih bercat emas, ada tulisan Brahma, dan dibawahnya terdapat seperti sebuah gentong besar diselimuti kain warna merah


Disini kami bersembahyang seperti biasa, bedanya disini kami tidak dianugrahi bija atau beras seperti biasa kami sembahyang, tapi berupa abu berwarna hitam yang kami usapkan didahi, tidak ngerti juga sih, mungkin ada hubungannya dengan ireng karena abu juga berwarna hitam. Ngasal sih, Hehehe,.,.

3. Pagoda Agung Dewi Kwan Im / Dewi Kemakmuran

   Kami melanjutkan persembahyangan ke persembahyangan ketiga, yaitu Pagoda Agung Dewi Kwan Im. Mmmm... bagi yang belum pernah melihat sebuah pelinggih bernuansa Budha pasti akan merasa aneh, kenapa ada pelinggih Dewi Kwan Im di dalam sebuah Pura. Kalau saya sendiri sih sebenarnya sudah sedikit paham kenapa bisa ada pelinggih walaupun mungkin yang saya pahami belum tentu benar. Sebelum sembahyang dipura ini saya juga pernah nangkil sembahyang di Pura Ulundanu Batur, nah disanalah pertama kali saya heran, disana terdapat sebuah pelinggih Klenteng, iya Klenteng seperti halnya tempat pemujaan/persembahyangan sudara kita yang beragama Busha atau Kong Hu Cu (Maaf kalau salah mengeja). Ternyata setelah dijelaskan oleh paman kita, sejarah kita dari jaman dahulu pada jaman kerajaan-kerajaan, Budha dan Hindu berdampingan, makanya kenapa dalam pelajaran sejarah, kerajaan yang pertama dibahas adalah kerajaan berlatar Hindu dan Budha. Dan sudah tentu pasti leluhur kita ada hubungannya dengan Budha, mungkin juga kenapa makanya didalam ajaran Hindu ada pedanda Siwa Budha. Hanya sebatas itu yang saya tau, lengkapnya pasti ada kenapa hal itu bisa terjadi.
      Nah kembali lagi ke prosesi persembahyangan kami di tempat ketiga ini. Namanya sebuah Pagoda, bentuk tempat persembahyangan Dewi Kwan Im berbentuk pagoda, tapi tingkatannya hanya terdiri dari 3 undag saja, tidak seperti pagoda-pagoda pada umumnya. Didominasi warna pink... (Adik saya yang cewe seneng banget liat yang warna pink, hihihi...). 



Ketika akan masuk, diatas pintu masuk terdapat sebuah tulisan, mungkin lebih ke Sabda dari Dewi Kwan Im, saya ga hafal isinya,  tapi uda saya abadikan, hehehe... Dan saya tau, disini tidak boleh memberikan persembahan berupa daging.



Kami masuk kedalam, saya kira didalam ada seorang Bhiksu yang menuntun kami bersembahyang, tapi tidak, sama halnya dengan sebelumnya, kami dituntun oleh seorang Jro Mangku, Didalam pagoda, banyak terdapat patung-patung Dewi Kwan Im, sekeliling Pagoda di lingkari kain merah putih, dan ada beberapa tulisan-tulisan mantram, dan didalam meja persembahan terdapat lilin-lilin berwarna merah dan bunga-bunga.
Sebelum bersembahyang, kami diberitahukan kalo di Pagoda tersebut, kami cukup bersembahyang hanya dengan menggunakan dupa saja, bisa 1, 3, 5, pokoknya ganjil. Dan kami pun dituntun mengikuti mantra oleh Jro Mangku, Mantra Budha dan Manta Siwa..
Disini kami dianugrahi tirta. Sebuah pengalaman persembahyangan yang berbeda dari biasanya. Saya merasa nyaman dan damai, beruntung saya bisa mengetahui sebuah sejarah leluhur kita yang hampir saja saya tidak ketahui asal muasalnya.

Setelah persembahyangan ini, kami istirahat sebentar buka bekel,.., Hihihi,,., karena waktu sudah menunjukan waktu lapar,..,. Kebetulan juga untuk sembahyang ke persembahyangan keempat masi berlangsung, sambil menunggu selesai, kami makan dulu, daripada lapar ga konsen sembahyang,.,. Hahahah..,,.,. (Pembenaran..)

4. Pendopo Ida Bhetara Lingsir Dalem Gajah Mada / Hyang Wisnu Murti

   Kami melanjutkan persembahyangan keempat, jaraknya dekat dengan Pagoda Dewi Kwan Im. Melihat pendopo ini, saya merasakan kental nuansa Jawa, dari bentuk atap sampai dengan ukiran pintu kayu / joglo di depan pelinggih. Di area pendopo terdapat sebuah patung Kuda Jingkrak. Terdapat beberapa foto-foto proses mendak Idha Bhetara. Disana kami melakukan persembahyangan seperti halnya biasa kami sembahyang. Yang saya lihat didalam pelinggih terdapat sebuah patung, saya yakin patung tersebut adalah patung yang mendeskripsikan Maha Patih Gajah Mada, berikatkan merah putih di kepala, Payung dan kain merah putih ada juga didalam pelinggih tersebut. Sembahyang disini kami dianugerahi masing-masing satu benang tridatu (benang berwarna merah hitam dan putih) lambang warna Tri Murti. Saya selalu senang jika setelah sembahyang mendapatkan anugerah benag tridatu ini..



5. Pura Sang Hyang Siwa Pasupati.

        Kami melanjutkan persembahyangan kembali ke pura kelima, yaitu Pura Sang Hyang Siwa Pasupati. Arsitektur pad apura ini kental Arsitektur Bali, kurang lebih sama seperti pura-pura lainnya dia Bali, bedanya bahan dasar pelinggih-pelinggih disini berwarna putih, mungkin sejenis batu kapur, batu lokal di Pulau Menjangan yang mendominasi disana. Disini kami bersembahyang seperti biasa, tetap dipimpin oleh seorang Jro Mangku. Sayang dibagian ini saya  lupa mengabadikannya.

6. Pelinggih Ida Bhetara Lingsir Watu Renggong
   Kami melanjutkan persembahyangan keenam di Pelinggih Ida Bhetara Lingsir Watu Renggong. Mmm.. saya tidak begitu tau sejarah tentang Watu Renggong, nanti saya akan coa baca-baca dulu di google, Hehe.. Maaf. Tapi yang pasti saya yakin Ida Bhetara Watu renggong memiliki sebuah sejarah yang kuat hubungannya dengan Bali di jaman dulu. Didalam saya melihat pelinggih (masi didominasi dengan pelinggih berwarna putih) dengan tulisan Ida Bhetara Lingsir Air Langgga, apa mungkin ada hubungannya dengan Raja Airlangga di Jawa. Kurang tahu juga, maaf masi awam, masi banyak yang harus saya ketahui tentang sejarah di Bali..., Hehe,.
Disini kami sembahyang seperti biasa, bedanya disini kami dianugerahi bija berwarna kuning. 



7. Pelinggih Sang Hyang Ganesha.
   Kami mencapai prosesi persembahyangan terakhir di Pelinggih Sang Hyang Ganesha. Sebuah patung arca besar, mungkin sekitar 10 meter, (maaf ga ngukur, hehehe).. Patung Ganesha ini saya yakin menghadap kearah utara, walopun masi belum tau mana utara selatan disana, Hehe.. Beda halnya dengan persembahyangan sebelumnya, kami sembahyang dalam posisi dibelakang pelinggih menghadap kelaut. Menurut keyakinan, Sang Hyang Ganesha menjaga Bali dari Pantai Utara. Persembahyangan berupa banten kami kami haturkan di depan patung, dan kami kembali kebelakang untuk sembahyang. Seperti di Pagoda Dewi Kwan Im, kami disini sembahyang hanya dengan media dupa saja, dan mengikuti beberapa mantram yang dipimpim oleh seorang Jro Mangku, say alupa persis urutan mantram nya, yang saya ingat ada baik Gayatri didalamnya. Setelah melakukan persembahyangan, seperti biasa kamu dianugerahi tirta dan bija. Setelah itu itu kami dipersilahkan menuju kedepan patung untuk melakukan sujud bkahti mencium bagian kaki ganesha. Betapa sakral persambahyangan yang saya rasakan saat itu.



    Pelinggih Sang Hyang Ganesha merupakan prosesi terakhir kami, tidak jauh dari pelinggih tersebut, kami sudah ditunggu oleh perahu boat yang mengantar kami untuk kembali ke pelabuhan. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, kami kembali menaiki perahu menuju pelabuhan. Ombak saat itu sudah mulai membesar, tidak setenang saat kami datang. 



    Sebuah perjalanan yang menyenangkan, bersembahyang sekaligus berekreasi. Puas rasanya hati ini, apalagi bersama keluarga. Mungkin ada para sobat semeton Blogger yang belum pernah nangkil ke pura ini bisa ikut juga melakukan tirta yatra kesini. Pasti akan mendapatkan sebuah pengalaman yang menarik. 
Tidak ada tips-tips khusus dalam melakukan perjalanan tirta yatra ke Pulau Menjangan, yang pasti ada niat yang tulus, dan standar dalam sebuah perjalanan adalah sisihkan uang sedikit untuk bensin dan bayar boat, sisanya ya bawa bekel makanan dan air yang banyak, karena disana kita haus terus, Hehehe.. Oh ya jangan lupa, kamera tentunya, bagi yang suka fotografi, lanscape garis pantai dan perairannya sangat indah untuk diabadikan. 

    Terakhir, semoga catatan perjalanan saya ini bermanfaat bagi temen-temen semua. Setelah ini semoga juga saya bisa kembali menceritakan beberapa perjalanan tirta yatra saya yang lain di beberapa pura yang pernah saya kunjungi. Apabila ada yang salah dalam penyampaian, mohon dimaafkan... Terima kasih,.. Suksma :)

Wednesday, May 22, 2013

Shazam - Aplikasi Musik


Hai sobat Blogger,..
Saya pengen sedikit share tentang salah satu aplikasi gadget saya yang cukup membantu saya sebagai pecinta musik. Nama aplikasinya Shazam
Pernah ga kamu jalan ke mall, ato lewat ke tukang jual CD bajakan, ato di tempat-tempat obral, dengerin musik yang enak kamu dengerin, tapi kamu ga tau tuh sapa yang nyanyiin,.,.? Pasti penasaran dunk, pengen cepet-cepet download.
Nah bingungnya, kamu pengen download tapi kamu ga tau pake kata kunci apa buat nyari lagu yang kamu dengerin tadi,.
Nah aplikasi ini sangat membantu kamu kalo ngalamin masalah kaya tadi, Cukup dengan buka aplikasi ini, dia akan mengenal tuh lagu penyayinya siapa dan judul-nya apa. Cukup canggih juga bukan?
Aplikasi ini awalnya berbasis di iOS, tapi sekarang sudah bisa digunakan di Android dan Blackberry. Cuman ga semua lagu bisa dikenal oleh aplikasi ini, apalagi lagu daerah.. Hehehe..
Lebih besar kemungkinan lagu-lagu yang dikenal adalah lagu-lagu yang terdaftar di itunes.
Selain itu lewat aplikasi ini kamu bisa sharing beberapa lagi yang kamu dengar di media social kaya twitter dan facebook.
Lumayan seru juga sih.. Dan kalo kamu pecinta musik, wajib diinstal aplikasi ini di gadget kamu. GRATIS..!!
Semoga bermanfaat..

Who Am I

(Disalah satu spot antara Gunung Sundoro dan Gunung Sumbing, Temanggung, Jawa Tengah)


GEDE ERY PATRA TAROYANA nama lengkap saya , dari GEDE menunjukkan saya adalah putera Bali, anak pertama. ERY adalah nama khusus yang diberikan oleh Orang tua, PATRA adalah nama Bapak (Supatra), sedangkan TAROYANA diambil dari nama sebuah desa pertama yang ada di Bali yaitu desa Taro yang merupakan desa asal usul leluhur.Sedangakan Yana hanya tambahan , atau pemanis saja Hahaha,.,. (Beberapa teman menebak saya beragama Budha karena nama saya tersebut :D )
Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Saya lahir, menikmati masa kecil, dan besar di Singaraja Bali, sampai akhirnya nasib membawa saya kuliah dan meniti karier di Jakarta. Banyak hal yang telah, sedang, dan akan saya pelajari, khususnya setelah saya jauh dari orang tua, terutama kemandirian diri, bagaimana kita bisa hidup dengan penuh kesabaran dan ketegaran diantara banyak cobaan yang dihadapi.

Orang tua adalah pahlawan bagi saya yang selalu memberi dukungan disaat saya terjatuh.. Dan sampai sekarang, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan, saya setahap demi setahap berjalan menikmati, mempelajari, dan akhirnya mencoba untuk selalu mensyukuri kalau sebenarnya hidup ini sangat lah indah dengan kasih sayang.. Semoga Hyang Widhi selalu memberikan jalan yang terbaik.. Astungkara..Om Swaha..

Sekarang saya bekerja di salah satu instansi pemerintah, sebut saja Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan. saya baru mengabdi di instansi ini 9 tahun, (tepatnya lupa, hehe..). Banyak hal yang saya pelajari, banyak hal juga yang saya alami di dunia pekerjaan ini.


Blogger merupakan media yang masi sangat baru bagi saya, selama ini sering mencari info, dan banyak saya dapatkan dari sharing info sobat blogger. Dan ternyata baru sekarang saya memiliki keinginan menulis dan terjun ke dunia nge-blog.. Sebelumnya aktifitas online saya lebih banyak di forum Kaskus, bisa dibilang saya lebih ke Kaskuser daripada Blogger. Tapi apapun itu namanya, tujuan saya ingin belajar dan berbagi..

Saya memiliki beberapa kegemaran, diantaranya saya tuangkan di blog ini, cek di menu "My Hobbies", Yak Sepakbola, Motogp, Film, Musik, Gadget, Komputer, dan masi beberapa yang lainnya. Saya juga ingin menceritakan beberapa hal yang ada di kepala saya yang masi saya ingat tentang perjalanan saya sampai sekarang di menu "My Stories"


Akhir kata, Semoga Blog ini bisa menuangkan segalanya yang ada di kepala saya. Dan tentunya semoga juga bisa bermanfaat buat sobat-sobat yang membacanya.

Saya sangat menerima segela kritikan dan masukan dari sobat pembaca yang bersifat positif bagi tulisan saya ini...

Salam kenal dan Terima kasih,.,. :)