Pages

Tuesday, February 18, 2014

Gang Mangga Manis

Di sebuah jalan kecil, beralaskan semen..

Tiap hari aku lalui jalan ini, sudah tak terasa, 29 tahun lamanya. Aku tidak tau persis kenapa nama gang ini mangga manis, padahal gang di seberangnya bernama gang Binaria. Tak banyak  pohon mangga yang aku temui disana, apalagi sampai merasakan manis buahnya. Entahlah..

Bu Sloka, warung yang paling depan yang menjadi "pagar ayu" di gang tersebut, masa kecil sering kuhabiskan untuk sekedar jajan di warungnya, dan sampai saat ini pun, wajahnya selalu menyapa saat aku pulang dan akan memasuki gang tersebut. Tidak banyak berubah yang aku rasakan setelah lebih 10 tahun aku tinggalkan lingkungan masa kecilku itu.

Komplek rumah Arya Sukahat yang pertama aku jumpai kala memasuki gang menuju arah timur, saat aku tengok perumahan itu, hanya ada kenangan kecil, saat dulu aku sering bermain disana, hanya sekedar minta uang ke Bapak yang sedang meceki. Gus Lilin dan Alit Kejul adalah salah dua dari pemuda yang tinggal disana. Terakhir aku tau Gus Lilin sekarang sudah sukses menjadi seorang polisi, dan Kejul masi sering aku temui di depan gang, dan terakhir sempat ngobrol-ngobrol sambil "minum" dirumah.

Mang Aning, tak jauh ke arah timur, salah satu warung langganan aku di masa kecil dulu, warung yang sudah renta, terbuat dari gerobak yang usang, sampai sekarang pun masi tetap bertahan. Disanalah aku biasanya sekedar membeli permen, es kaput, snack-snack dll, atau sekedar membeli rokok yang dulu Bapak  selalu suruh kepadaku. Mang Aning selalu menjadi sebuah bahan bahan obrolan dan becandaan aku dengan beberapa teman masa kecil di gang itu, sekedar mengenang bagaimana disana membeli petasan saat menjelang hari raya Nyepi.

Tidak jauh disebelahnya, aku masi ingat ada sebuah warung lagi, Mek Ati, warung kecil yang menjual makanan-makanan tradisional, seperti rujak, plecing, dan tipat pecel. Tidak jarang juga aku berbelanja disini. Tapi saat ini aku tidak tau cerita akhir warung tersebut, entah bagaimana kabar Mek Ati, mungkin sudah meninggal, aku tidak tau.

Mang Aning dan Mek Ati, berada di satu komplek rumah keluarga, Ulik, Acah, Alit, Romi, Dek Eka.. ya mereka satu keluarga, dengan lahan perumahan yang luas. Saat ke timur ditemui lahan kosong dengan pohon sawo, disanalah perumahan mereka. Disini pun merupakan sebuah lahan bersejarah bagi aku di masa kecil, main kring keb, apolo-apoloan (petak umpet) atau sekedar bermain kasti, atau adu guli (kelereng) kartu gambar, bahkan kulit roko.. Haha.. Indahnya masa kecil dulu, yang tidak tergantung dengan TV ataupun mainan-mainan mahal, atau mall.
Tak lupa aku sebutkan, Enggetan, saat ini aku lupa nama aslinya.. rumahnya yang berada persis di sebelah tanah lapang itu..
 
Sebuah kali kecil, dengan air yang mengalir yang datang dari selatan, melintas di jalan yang menuju ke timur. Masi aku lihat sesekali beberapa anak main air di kali itu, seperti yang aku lakukan di masa kecil. Sekarang kali tersebut sudah sempit, tapi lebih rapi. Jalan diperluas agar mobil bisa lewat.

Nuansa mistis sering aku rasakan di malam hari, bahkan sampai terakhir aku pulang, dekat kali, di sebelah utara, terdapat sebuah kebun dengan tanah kosong, pemih semak, terdapat dua pelinggih  yang membuat mistis tempat tersebut..

Rumahku, tepatnya rumah orang tuaku, tidak jauh dari tanah lapang tersebut. Masuk ke arah selatan, melewati tiga rumah tetangga, sebuah gang yang lebih menyempit, yang hanya bisa dilalui sebuah motor. Pak Gus Tut, Mbok Kadek Suci, Pak Kartika, adalah tiga rumah yang yang aku temui sebelum sampai di rumah. Mbok Kadek Suci adalah sesosok nenek yang sering menjual makanan khas Buleleng, masa-masa SMP dan SMA selalu menjadi rutinitasku  untuk memakan makanan beliau, sayang, saat ini tak aku jumpai lagi. Saat pulang, beliau selalu menyapaku.

Timur gang ini merupakan hamparan sawah luas, dan ada sebuah sungai yang cukup besar. Pagi hari merupakan tempat yang sangat nyaman untuk dilihat, embun pagi mungkin masi bisa ditemui ditempat ini. Lama sudah rasanya aku tidak menjejekan kaki di hamparan sawah tersebut, dulu semasi kecil, hamparan sawah dan sungai tersebut mejadi salah satu daerah jajahan kami, banyak permainan yang bisa membuat kami bahagia disana. Ingin rasanya sesekali aku sekedar melintas kesana..

 

 

Sepuluh tahun lamanya kutinggalkan gang kecil itu.. Suatu saat aku akan kembali dan menetap untuk waktu yang lebih lama, tak ada yang lebih indah dari kembali ke rumahmu sendiri. Merantau memberi aku sebuah warna baru dalam hidup, tapi tetap aku tak akan lupa dimana aku berasal,.

 

Gang mangga manis, mungkin aku tidak lahir disana, tapi banyak kenangan masa kecil lahir disana..
 
          

0 comments:

Post a Comment