Selamat datang putriku sayang... :D
Hehe.. Akhirnya saya menjadi seorang ayah.. tentu bahagia rasanya..
Saya ingin cerita sedikit tentang putri saya ini.
Awal saat saya dan istri menyadari kehadirannya di perut istri (via testpack) adalah saat saya dan istri ada di Jakarta, saya masi bertugas di Jakarta dan istri saat itu kebetulan main ke Jakarta sekitar akhir Desember. Bahagia tentu sangat kami rasakan karena tanda-tanda kehadiran si dedek baru muncul setelah 6 bulan setelah kami menikah.. Keadaan yang normal sih, mengingat saya dan istri terpisah tempat tinggal dan kerja, saya di Jakarta, dan istri di Bali.. Baru kali ini saya merasakan bahagia haru dan syukur yang berbeda..
Kekhawatiran mulai muncul saat istri mengalami ngidam,
Apakah nanti saya bisa menemani??
Misal dia pengen makanan yang dia suka, apa saya bisa beliin malem-malem??,
Saat dia hamil tua, apa saya bisa menemani dia jalan-jalan??,
Apa saya bisa menemani dia saat senam hamil??,
Apa setiap jadwal periksa ke dokter saya bisa mengantarnya..? mengingat saya ada di Jakarta yang tidak bisa pulang setiap saat..
Beruntunglah, Tuhan memberikan kemudahan buat saya, saya bisa pindah kerja pulang ke Singaraja, ada yang bilang ini adalah permintaan dan rejeki si dedek bayi.. Hehehe.. Sehingga saya bisa penuh waktu menemani istri menyiapkan segala kebutuhan dan keinginannya selama menunggu masa persalinan.. modal saya cuman satu.. SABAR.. :D:D
Oke saya pengen bicara satu persatu dulu, mulai dari Dokter..
Awal pemeriksaan istri, kami pun mencari informasi dokter mana aja yang direkomendasi bagus oleh teman-teman kami yang terlebih dahulu sudah punya anak.. Kami pun mendapatkan beberapa nama dokter di sekitaran Denpasar (karena saat awal hamil istri masi bertugas di Denpasar, dan saya masi di Jakarta, saya usahakan pulang hanya saat jadwal pemeriksaan saja). Ternyata nama-nama yang direkomendasikan temen-temen adalah memang dokter-dokter yang 'laris' banget.. Kalo mau periksa harus daftar sehari sebelumnya, itupun ngantrenya lama.. Ampun dah... Saya tipikal orang yang ga sabaran, dan berpikir, "emang dokter yang lain ga bisa meriksa kehamilan..???" dan "Kenapa kita ga bagi rejeki ke dokter yang laen..?" :D
Saya pun akhirnya mencoba ke Prof. Cornia, salah satu dokter SpOG yang tergolong senior di kalangan dr SpOG, yang merekomendasikan adalah mertua saya, yang kebetulan dokter yang menangani istri saya waktu dia lahir dulu, jadi bisa ditebak, dokter ini sudah senior. Dan untungnya lagi antrean disini ga banyak dari dokter-dokter yang direkomendasikan sebelumnya, dari segi konsultasi dan edukasi, saya sreg juga dengan prof. Cornia, beliau memang seorang Dosen, memberi edukasi bukan hal yang baru buat beliau, dan yang paling penting adalah, beliau dokter SpOG yang Pro Persalinan Normal, bagi beliau, tidak ada yang lebih aman daripada persalinan normal (Vaginal Birth) kalo ga salah istilahnya.. Kriteria dokter yang memang saya butuhkan, memberikan konsultasi dan edukasi kepada calon orang tua. Bukan sekedar dokter yang cek bentar, liat USG, bayar...!!
Di bulan Mei 2014, saya dan istri sudah pindah ke Singaraja, tentu kami mencari lagi dokter SpOG yang baru yang sreg buat kami, ada yang menyarankan kesini, ada yang menyarankan kesana, dan jalan terbaik adalah saya masuki satu-satu :D:D
Pertama saya ke dr. Putra Sedana (banyak yang memanggil beliau dengan nama dr. Caput) yang nantinya beliau lah yang menangani kelahiran si dedek. Sama halnya dengan Prof. Cornia, beliau adalah dokter Pro Persalinan Normal, tentu saya cocok dengan dokter ini, selain karena Pro Persalinan Normal, beliau adalah tipikal dokter yang bisa memberi edukasi dan motivasi ke calon Ibu untuk tetap berjuang ke persalinan normal. Mengenai ilmu apa yang bisa saya ambil dari dr Putra, nanti akan saya jelaskan belakangan.. dr. Putra praktek di Kliniknya sendiri yang bernama Klinik Permata Bunda yang saya nilai cukup nyaman dan jarak yang dekat dan mudah dijangkau (sebenernya sih di daerah Singaraja kemana aja masi deket untuk dijangkau :D), Beliau adalah satu-satunya praktisi waterbirth dan lotusbirth di Singaraja, yang ingin saya dan istri coba jalani. Saya periksa 2x ke dr Putra, karena ada pertimbangan lain.
Dari segi sreg, sebenernya saya sudah cocok dengan dr. Putra, tapi dari segi finansial saya belum sreg :D. Untuk meringankan biaya persalinan, yang kami antisipasi hal terburuk jika diambil tindakan SC, kami pun mengusahakan layanan BPJS yang menjadi hak kami sebagai anggotanya, saya pun mencari info RS mana saja yang bisa ditanggung oleh BPJS. RS Mahotama (RSUD Buleleng), Kerta Usada dan Parama Sidhi menjadi pilihan terbaik, kami pun mencari info plus minus dari ketiga RS ini dan mempertimbangan plus minusnya juga dibanding persalinan di Klinik Permata Bunda dr. Putra, sayanganya Klinik Permata Bunda tidak bekerja sama dengan BPJS, jadi tidak bisa klaim biaya persalinan. Itulah yang membuat saya dan istri pertimbangkan dokter lain.
Dokter kedua yang kami datangi adalah dr. Suastika, yang melayani persalinan di RS Mahotama dan Kerta Usada. Beliau dokter yang ramah, cuman tempat prakteknya ga senyaman dr. Putra. Selain itu istri saya malah ga sreg dengan beliau hanya karena melihat jas dokter yang ga bersih, terkesan lusuh,... Hahahaha... katanya, pakaian sendiri aja ga bersih gimana dia menangani orang lain,.,. Hihihi,,, Oke lah saya nurut, ganti dokter.
Dokter ketiga yang saya datangi adalah dr. Sudarsana, dari info yang saya dapat, diantara dokter di Singaraja, beliau adalah dokter yang memiliki peralatan yang lebih canggih, untuk USG 3D, hanya bisa dilakukan di RS Kerta Usada oleh beliau. Namun tidak sreg kembali kami temui :D
Istri ditanya mata minus berapa? yang menurut beliau jika kenapa-kenapa nanti bisa dikondisikan ke SC agar tidak terjadi risiko yang membahayakan si Ibu. Kurang lebih seperti itu pesan yang saya tangkap, berbeda dengan pendapat dr. Putra yang tidak mempermasalahkan minus mata istri saya. Selain itu beliau tipikal dokter yang pelit ilmu, diam saja kalo tidak ditanya, jadi kami harus rewel dulu bertanya baru beliau memberikan konsultasi. Untuk janjian USG 3D saja susahnya minta ampun, 4 kali janjian, keempatnya dibatalkan oleh perawat beliau karena beliau sibuk. Dari sanalah saya dan istri ga sreg lanjut disana.
Sebenarnya ada satu nama dokter yang cukup kondang juga di Singaraja, yaitu dr. Mawan, Beliau pun punya klinik sendiri seperti halnya dr. Putra. Tapi saya dengar beberapa cerita yang sudah membuat saya dan istrikurang sreg. Jadinya males lagi mau kesana untuk mencoba konsultasi. Saya tidak mengeneralisir pendapat yang saya dengar selalu negatif terhadap dokter, tapi kebetulan yang ditemui, negatif bagi saya, sorry to say :)
Dari sekian teman yang saya dengar ceritanya, kebanyakan persalinan di dr. Mawan adalah SC, walaupun sudah pasti banyak juga yang persalinan normal, saya bercerita tentang yang kebetulan saya dengar. Selain itu cerita yang buat saya geli lagi adalah, cerita pengalaman temen istri yang ingin memeriksakan tanda positifnya ke dr. Mawan, disana dia bercerita, dokter hanya bilang "Yak positif, bayar 50.000" (kalo ga salah 50.000 yang dia bilang). Hehehe,,.. kalo positif beli testpack aja uda tau, ga usa ke dokter kali ya :D Setidaknya berilah edukasi yang membuat ibu mulai makan makanan sehat, aktifitas yang aman buat calon ibu di masa umur kehamilan muda yang rentan.. Hahaha.. dari cerita itulah saya jadi males untuk kesana :D
Balik lagi mengenai tempat persalinan, kami masi mempertimbangankan dimana kami akan memutuskan untuk bersalin istri, agak ribet emang nih istri maunya banyak Hahaha, tapi saya sebagai suami cuma support aja, yang jalanin kan dia, jadi saya sebagai suami berusaha memenuhi semua keinginan dia, karena beratnya melahirkan tidak akan pernah bisa diketahuai beratnya oleh seorang suam.. Setuju..??
Awal rencana kami ingin melakukan persalinan di RS Mahotama, ada teman yang menjadi perawat disana, saya pun mencari info disana, dan mengecek seperti apa kamar perawatannya. Dari segi biaya, persalinan SC pun cukup terjangkau dengan bantuan BPJS, karena Mahotama adalah bagian dari RSUD Buleleng.
Kisah negatif terdengar oleh istri dari temannya yang pernah menjalani persalinan disana, proses lama, beli obat mondar mandir, belum lagi dokter yang menangani adalah dokter jaga, bukan yang dokter SpOG yang memeriksa selama ini. Kembali saya sampaikan, tentu tidak semua mengalami hal yang seperti itu, tapi kebetulan saya tidak berjodoh, bertemu cerita negatif seperti itu :D
Akhirnya kami pun membulatkan tekad memutuskan kembali ke Klinik Permata Bunda di dr. Putra Sedana dengan segala pertimbangan yang ada, saya dan istri mengupayakan dana yang lebih karena persalinan di Klinik tersebut tidak ditanggung BPJS.
Kami merencanakan persalinan normal dengan metode waterbirth dan lotusbirth bersama dr Putra, yang kami rasa memberikan sensasi kenyamanan lebih untuk persalinan istri nanti. Mengenai apa itu waterbirth dan lotusbirth, bisa googling aja, banyak kok yang bahas.. hehe..
Saya pun mengecek ruang persalinannya, ada sebuah bak yang besar, dengan ruangan yang nyaman, jauh berbeda dengan sebuah meja persalinan seperti halnya di RS hehe..
Kami pun sangat antusias mempersiapkan segalanya untuk persalinan ini, dari segi pemeriksaan, dokter tetap menginfokan ke kami bahwa keadaan si dedek di rahim masi normal dan sehat, sangat memungkinkan persalinan normal. Di rumah, kami rutin pagi sore jalan-jalan muter komplek rumah, udara segar di pagi hari sangat baik buat kami jalan-jalan. Video-video mengenai persalinan waterbirth pun saya cari di youtube untuk sekedar menambah pengetahuan.
Yang langka di Singaraja adalah senam hamil.
Di Denpasar, beberapa klinik dan RS yang saya masuki, menyediakan senam hamil gratis tiap minggunya buat ibu hamil, di Singaraja, beberapa dokter saya tanyakan tidak ada, hahaha.. Sempet cari video-video pilates di youtube, ada banyak sih, cuman tetep aja instruksinya belum bisa dipahami keseluruhan :D
Insting saya pun jalan, googling kesana kemari, dan akhirnya nemu satu instruktur senam hamil. Saya pun hubungi dan beliau menyanggupi, bedanya disini seperti kelas privat, bukan banyak peserta seperti senam hamil yang biasa saya lihat di klinik-klinik ato rumah sakit. Disini peserta senam hanya istri saya sendiri, dengan biaya sekali datang 50.000 lumayan kaya bayar dr SpOG periksa Hahaha,, tapi gpp lah buat istri, saya selalu dukung dan saya menemani pulang kantor saat dia mau senam. Kebetulan instruktur senam kami adalah seorang bidan, jadi selain istri mendapatkan kelas senam, saat jeda, istri sering konsultasi dengan beliau mengenai kehamilan, so bagus juga buat istri,. Hehehe..
Bagi saya sih sebenarnya kunci dari senam hamil adalah kekuatan pinggul dan pernafasan, yang oleh Ibu saya dulu biasa dilakukan dengan ngepel gaya jongkok Hahaha.. Cuman dengan ikut senam, dari segi psikologis, buat istri saya lebih tenang, dia merasa lebih siap dan relax menghadapi hari persalinan,..